News

Wilayah Cikotok Di Sukabumi Dikenal Sebagai Daerah Penghasil

×

Wilayah Cikotok Di Sukabumi Dikenal Sebagai Daerah Penghasil

Share this article

Wilayah Cikotok Di Sukabumi Dikenal Sebagai Daerah Penghasil – Indonesia menduduki peringkat ke-7 penghasil emas terbesar di dunia. Data tersebut dilansir dari BBC dan berasal dari World Gold Council yang dirilis pada September 2020.

Emas bisa dipukul sangat tipis. Sebagai ilustrasi: 120.000 lembar yang ditumpuk tebalnya tidak lebih dari 1 cm.

Wilayah Cikotok Di Sukabumi Dikenal Sebagai Daerah Penghasil

1 gram emas dapat dibuat menjadi kawat sepanjang 2,5 km. Logam emas disebut juga logam mulia karena emas tidak bereaksi dengan oksigen dan tidak menimbulkan korosi di udara. Emas juga tidak bereaksi dengan asam atau basa.

Sejarah Kota Sukabumi

Berdasarkan Handbook Pembelajaran Kimia Kelas XII Program IPA SMA/MA Aliyah karya Imam Rahayu, Geografi Mutlak Bisa untuk SMA/MA Kelas XI oleh Ganesh Operation Team, dan buku Wahana IPS Kelas 4 SD oleh Penn Scholar. Tim, daerah penghasil emas di Indonesia adalah Meulaboh (Nangroy Aceh Darussalam), Bengkalis (Sumatera), Sambas (Kalimantan Barat), Bolang Mongondo (Sulawesi Utara), Tembagpura (Papua), Sikotok (Benten), Logas (Riau), dan Rejang Lebong (Bengkulu) dan Gunung Pongkor (Jawa Barat).

Indonesia rutin memproduksi emas dan perak di tambang emas Sikotok, Jawa Barat. Sebagian besar produksi emas dan perak Indonesia diekspor ke luar negeri. Sisanya digunakan di dalam negeri.

Sedangkan wilayah pertambangan emas di Indonesia terletak di Aceh Barat, Lampung Selatan, Lebak (Jawa Barat), Kalimantan Tengah dan Bengkulu, serta Gasberg (Papua).

Emas banyak digunakan untuk perhiasan, investasi. Harga emas “terbang” ke rekor tertinggi pada Agustus 2020, mencapai Rp 30 juta (USD 2.000) per ons. 4 Cara Mencegah Bau Mulut Saat Puasa 3 Makanan Yang Bisa Memberi Energi Untuk Berpuasa Saat Ramadhan Penderita Tekanan Darah Tinggi di Bulan Istimewa Ini Bayam salah satunya.

Bab 3 Kondisi Kepariwisataan

Saat itu daerah Sukabumi merupakan salah satu daerah penghasil kopi yang dikenal dengan kopi Sikol dan Singar. (Foto: Journalbumi)

– Daerah Sukabumi merupakan salah satu daerah penghasil kopi saat itu yang dikenal dengan kopi Sikol dan Singar. Padahal masih ada belasan perkebunan lain di Sukabumi yang menjadi sentra penanaman kopi.

Kopi dulunya merupakan produk pertanian yang hebat. Tsukabumi merupakan daerah yang paling cocok untuk menanam kopi karena daerahnya yang berbukit. Batavia, letak geografisnya yang dekat dengan Jakarta sekarang menjadi salah satu alasan mengapa Sukabumi menjadi pusat perkebunan kopi.

Diketahui, pemerintah Hindia Belanda sangat menjaga budaya ngopi. Pada masa Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch (1830–1833), program penanaman kopi ini diperkuat dengan sistem baru yang menyesakkan, yaitu sistem kopi.

Baca Juga  Apa Struktur Umum Teks

Menilik Sejarah Mochi Yang Jadi Oleh Oleh Khas Sukabumi

Di Sukabumi selain diproduksi di perkebunan kopi milik Belanda juga dikenal dengan nama Perkebunan Kopi Singar (perusahaan). Kopi juga dihasilkan dari perkebunan lokal. Namun dalam perjalanannya perkebunan tidak hanya di Singar, tetapi juga di daerah Sukabakti, Pengleseran, Ugarb, Pandan Arum, Silodor, Onngkerk, Pamruyan, Sislak, Ordenberg, Palabuhan, Sibunar, Sukamaju, Malingut, Caringin, Sibalobak . . , Sindangsari, Gunungsahari, Gunung Malang dan Panumbangan.

Berdasarkan catatan tahun 1885, luas perkebunan kopi di Sukkabumi mencapai 9.116 bau (bau setara dengan 0,8 hektar saat ini). Sedangkan sebagian besar perkebunan berada di perkebunan Singar dan Sislak.

Perkebunan kopi sendiri di Sukkabumi lebih luas dibandingkan dengan daerah lain. Perkebunan kopi di Sukabumi diketahui dimiliki oleh perorangan maupun swasta, dengan hanya 8 perkebunan yang dikelola oleh pemerintah Belanda. Yang pertama adalah Sicamaloma, Pandan Arum, Silodor, Sukamaju, Malingut, Sindangsari, Gunung Malang dan Pasari-Telaga Warna (*) Artikel ini memerlukan tambahan kutipan untuk memastikan kualitasnya. Bantu kami menyempurnakan artikel ini dengan menambahkan referensi ke sumber terpercaya. Pernyataan tanpa sumber dapat digugat dan dihapus. Temukan sumber: “Kota Tsukabumi” – Berita · Koran · Buku · Cendekiawan · JSTOR

Sukabumi (Bahasa Sunda: Ởᮘᮥᮊᮥᮤ, bahasa Dinding: Gunahuyi) adalah sebuah kota di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini merupakan bagian dari enklave Kabupaten Sukkabumi. Luas Kota Sukabumi merupakan yang terkecil ketiga di Jawa Barat setelah Kota Cirebon dan Kota Simahi dengan luas 48,33 km². Kota Sukkabumi memiliki jumlah penduduk sebesar 353.455 pada tahun 2021. Kota ini merupakan mutiara Pronger Barat, meski tidak sebesar kota Tasikmalaya.

Draft Rancangan Teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015 2019 Buku Iii Arah Pengembangan Wilayah Nasional

Kota Sukabumi merupakan daerah di Jawa Barat yang mengalami pertumbuhan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Pada awalnya Sukabumi merupakan kawasan pemukiman yang merupakan bagian dari wilayah pemerintahan Kecamatan Goenoeng Parang, Onderafdiling Tjiheulang yang merupakan bagian dari Afdiling Tjiandjoer, Resenti Pranger (Almanak Pemerintah 1872). Dalam arsip Hindia Belanda, nama Sukabumi atau Soekabomi pertama kali digunakan oleh Andries de Wilde, seorang ahli bedah dan pengelola perkebunan kopi dan teh Belanda.

Sukabumi, yang awalnya sebuah lingkungan, berkembang menjadi sebuah kotamadya. Perkembangan ini mungkin karena letak wilayah Sukkabumi yang strategis, apalagi setelah dibangun jalan raya pos oleh Gubernur Jenderal Hermann Willem Dandels. Kehadiran perkebunan teh di Sukkabumi menjadi salah satu faktor yang menarik warga sekitar untuk datang ke Sukkabumi. Mereka datang untuk mencoba peruntungan untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Akhirnya, Sukabumi menjadi pusat ekonomi.

Baca Juga  Tujuan Manusia Melakukan Penebangan Dan Pembakaran Hutan Secara Liar Untuk

Penduduk Sukkabumi dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Barang-barang ini diproduksi oleh penduduk dan diperdagangkan di pasar. Wilayah Tsukabumi akhirnya tumbuh dengan sistem hukum dan berkembang ke arah kosmopolitan, seperti negara-negara Weber. Situasi ini membuat pemerintah Hindia Belanda mempertimbangkan untuk membangun jalur kereta api yang menghubungkan Batavia dengan Sukabumi.

Kereta api membawa banyak manfaat bagi perkebunan teh yang membutuhkan transportasi murah dan cepat untuk menjual hasil perkebunan ke pabrik atau kota. Dengan kereta api ini, kehidupan sosial ekonomi masyarakat meningkat. Pemerintah Hindia Belanda juga membangun beberapa sistem irigasi untuk pertanian di wilayah Sukabumi. Tak kurang dari 17 tangki air melintasi jalan raya yang menghubungkan Bogor hingga Cianjur via Sukabumi.

Sukabumi Dan Penambang Emas

Orang Eropa berlomba-lomba datang ke Sukabumi untuk berinvestasi. Hal ini dikarenakan banyaknya hal menarik yang bisa dikembangkan. Kehadiran dan komposisi penduduk Eropa berdampak besar pada transformasi Tsukabumi menjadi kotamadya. Kebijakan desentralisasi dan perubahan penyelenggaraan negara (reformasi administrasi) memungkinkan mereka menjadikan Sukabumi sebagai daerah otonom.

Sejarah kota dan Kabupaten Sukabumi diawali dengan dibukanya perkebunan kopi di wilayah Pranger Barat pada masa pemerintahan kolonial VOC.

Karena tingginya permintaan bahan baku kopi di Eropa, Gubernur Jenderal Abraham van Riebeek mulai membuka perkebunan kopi pada tahun 1709 di daerah Tjibalagoeng (Bogor), Tjiandjoer (Sianjur), Jogdjogan, Pondok Kopo dan Goenoeng Goeroh.

Perkebunan kopi di lima wilayah ini kemudian diperluas dan ditingkatkan pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Hendrik Zwardekron (1718–1725), di mana bupati Tjiandjoar saat itu, Vira Tanu III, memperluas wilayah Zwardekron. Syaratnya, akan dibuka lahan kopi baru di wilayah tersebut.

Rpjmd Program Banten

Seiring berjalannya waktu, kawasan sekitar perkebunan kopi di Goenoeng Guruh berkembang menjadi beberapa pemukiman kecil, termasuk Kampung Tjikole. Pada tahun 1776, Bupati Tjiandjoar Wira Tanu VI mendirikan Kaptihan Tjikole, pendahulu dari Kabupaten Sukabumi saat ini. Keptihan Tjikole terdiri dari enam kecamatan, yaitu kecamatan Goenoeng Parang, Tjimahi, Tjiheolong, Tjitjoeroeg, Djampang Koilon dan Jampang Tengah. Pusat pemerintahannya terletak di Tjikole, karena dipandang sebagai lokasi yang sangat strategis untuk komunikasi antara Batavia dan Tjiandjoar, ibu kota Kresenan Parengan saat itu.

Nama “Soekaboemi” pertama kali digunakan dalam arsip Hindia Belanda pada tanggal 13 Januari 1815 oleh Andries de Wilde, seorang ahli bedah Belanda sekaligus pengurus perkebunan kopi dan teh (prenjer planter) yang mendirikan lahan perkebunan di Kaptihan Tjikol.

Dalam laporan penelitiannya, de Wilde menyebut nama Soeka Boemi sebagai kediaman Kaptihan Tjikole. De Wilde kemudian mengirimkan surat kepada temannya Nicholas Engelhardt

Baca Juga  Bagaimana Cara Membina Kerukunan Dengan Teman Yang Berbeda Agama

Dimana dia meminta Engelhard, Gubernur Hindia Belanda saat itu, untuk mengusulkan perubahan nama Kaptihan Tjikole menjadi Kaptihan Soekaboemi di Stamford Raffles.

Buku Ipa Mengenal_lingkungan_sekitar_4_kelas_4_nurhadi_hartitik_fitria_rahmawati_2009

Ada dua teori mengenai asal usul nama Tsukabumi yang digunakan oleh Wilde. Pendapat pertama menyebutkan bahwa nama Sukabumi berasal dari bahasa Sunda suka dan bumen (pekerjaan), yang berarti daerah favorit Sukabumi karena iklimnya yang sejuk. Pendapat lain mengatakan bahwa nama Sukabumi berasal dari kata Sansekerta, yaitu Suka (kesenangan, kegembiraan, kebahagiaan) dan Bhumi (bumi, tanah).

Letak Soekabomi yang strategis antara Batavia dan Bandung serta hasil buminya yang banyak menghasilkan pendapatan bagi pemerintah Hindia Belanda menjadi faktor dibangunnya jalur kereta api dari Boitenzorg ke Soekabomi yang baru tersambung pada tahun 1882. Jalur tersebut dibangun oleh Perusahaan Staatsporwagen dan menjadi pusat distribusi pengangkutan hasil bumi seperti teh, kopi dan kina ke pelabuhan Tanjung Priok di Batavia.

Soekaboemi adalah percetakan surat kabar Tionghoa pertama di Indonesia, Lee Po pada tahun 1901, yang berbahasa Melayu-Mandarin.

Status Soekabomi sebagai kota tersendiri dimulai pada tanggal 1 April 1914, ketika Pemerintah Hindia Belanda meresmikan Soekabomi sebagai kotamadya karena populasi Eropa yang signifikan. Tanggal 1 April dipilih untuk memperingati kemenangan kelompok Geuzen (nenek moyang Belanda) dalam merebut kota Brielle dari Spanyol dalam Perang Delapan Puluh Tahun pada tanggal 1 April 1572. 1 Mei 1926, dengan Walikota (Mayor) I George Francois Rambonnet.

Gsd 1000 Pdf

Pada masa pembentukan jemaah hingga pendudukan Jepang, Stasiun Kereta Api Soekaboemi (Stasiun Sukabumi), Masjid Soekabomi (Masjid Raya Sukabumi), Gereja Pantekosta (Pantecostal Church), Gereja Katolik Roma (St. Joseph Catholic ) telah dibangun. Gereja), Gereja Bethel (Gereja Bethel), Gereja Batakshe (HKBP Pasundan), Waterkrachtwerk Obrog (PLTA Uberg), Gardu Lamborcitoe ( Gardu Induk Kerja) dan Sekolah Polisi (Sekolah untuk Sekolah Perwira).

Menjelang akhir kekuasaan Hindia Belanda, Soekabomi menjadi tempat pengasingan bagi banyak tokoh bangsa Indonesia seperti Muhammad Hatta, Sutan Sayahrir dan Tjipto Mangoenkosoyemo. Pertemuan diplomatik juga diadakan pada bulan Oktober 1940 antara Ichizo Kobayashi dan Huberts van Mook, mewakili Jepang, untuk membahas kerjasama perdagangan antara Jepang dan Hindia Belanda.

Dalam

Indonesia dikenal sebagai negara, wilayah sukabumi, asuransi jiwa seumur hidup juga dikenal sebagai, penginapan di daerah sukabumi, peta wilayah sukabumi, pekalongan terkenal sebagai daerah penghasil, luas wilayah sukabumi, di indonesia zaman logam lebih dikenal sebagai zaman perunggu sebab, villa di daerah sukabumi, peta wilayah kabupaten sukabumi, internet dikenal sebagai cyberspace artinya, hotel di daerah sukabumi