Sabun Cuci Pada Larutan Air Sabun Bertindak Sebagai – Laporan praktikum Kimia Organik II pembuatan sabun A. Judul percobaan B. Hari, tanggal percobaan: Kamis, 14 Maret 2013 C. Penyelesaian percobaan: Kamis, 14 Maret 2013 D. Tujuan percobaan: 1 .Membuat langkah-langkah pembuatan sabun 2.Perkirakan reaksi pembuatan sabun 3.Jelaskan perbedaan produk sabun yang dibuat dengan basa NaOH dan KOH 4.Pembentukan emulsi sabun 5Jelaskan proses pembuatan emulsi sabun dengan minyak 6.Menentukan kualitas minyak. Berdasarkan bilangan asam dan bilangan penyabunan E. Dasar teori molekul sabun rantai panjang dan gugus ionik sangat polar. Sepanjang rantai panjangnya, strukturnya sama dengan molekul minyak, sehingga berhubungan dengan molekul minyak (hidrofilik). Sedangkan di atas ada atom dengan muatan ganda yang lebih suka bergabung dengan molekul air (yang bersifat hidrofobik). Kepala inilah yang membuat semua molekul sabun bercampur dengan air. Sabun adalah salah satu bahan kimia tertua yang diketahui. Sabun sendiri tidak pernah ditemukan, namun berawal dari pengembangan campuran senyawa alkalin dan lemak/minyak. Bahan pembuatan sabun ada dua jenis yaitu bahan baku dan bahan dasar. Bahan baku pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa basa (basa). Bahan pendukung dalam produksi sabun digunakan untuk meningkatkan kualitas produk sabun, baik dari segi kegunaan maupun daya tarik. Bahan pendukung yang biasa digunakan dalam proses pembuatan TÅL
1. Melakukan proses pembuatan sabun 2. Memprediksi reaksi dalam pembuatan sabun 3. Menjelaskan perbedaan produk sabun yang dibuat dengan basa NaOH dan KOH 4. Menghasilkan emulsi sabun 5. Menjelaskan proses pembuatan emulsi sabun dengan minyak. 6 • Menentukan kualitas minyak berdasarkan jumlah asam dan jumlah penyabunan E. Teori dasar molekul sabun berupa rantai panjang dan gugus ion dengan kepolaran ganda. Sepanjang rantai panjangnya, strukturnya sama dengan molekul minyak, sehingga berhubungan dengan molekul minyak (hidrofilik). Sedangkan di atas ada atom dengan muatan ganda yang lebih suka bergabung dengan molekul air (yang bersifat hidrofobik). Kepala inilah yang membuat semua molekul sabun bercampur dengan air. Sabun adalah salah satu bahan kimia tertua yang diketahui. Sabun sendiri tidak pernah ditemukan, namun berawal dari pengembangan campuran senyawa alkalin dan lemak/minyak. Bahan pembuatan sabun ada dua jenis yaitu bahan baku dan bahan dasar. Bahan baku pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa basa (basa). Bahan pendukung dalam produksi sabun digunakan untuk meningkatkan kualitas produk sabun, baik dari segi kegunaan maupun daya tarik. Aditif yang biasa digunakan dalam proses pembuatan sabun antara lain natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, pewangi dan pewarna. Sabun dibuat dengan mencampurkan NaOH/KOH dengan minyak atau lemak. Melalui reaksi kimia, NaOH/KOH mengubah minyak/lemak menjadi sabun. Proses ini disebut saponifikasi. Reaksi saponifikasi (penyabunan) dengan alkali adalah reaksi antara trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi saponifikasi dapat ditulis sebagai berikut: C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin adalah produk dengan nilai jual. Sabun adalah garam yang terbentuk dari asam lemak dan
Sabun Cuci Pada Larutan Air Sabun Bertindak Sebagai
Basa. Sabun dengan berat molekul rendah lebih mudah larut dan memiliki tekstur sabun yang lebih keras. Sabun sangat larut dalam air, tetapi tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil dari satu sama lain dalam bentuk ionik. Sabun umumnya dikenal dalam dua bentuk, yaitu sabun cair dan sabun padat. Perbedaan utama antara kedua bentuk sabun tersebut adalah alkali yang digunakan dalam reaksi sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda api (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi bentuk sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menjadi sabun yang lebih kuat daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji kapas. Ada banyak karakteristik yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan dasar sabun, antara lain: Lemak dan minyak yang ringan merupakan minyak yang baik untuk digunakan sebagai bahan pembuatan sabun. Bilangan penyabunan Bilangan penyabunan adalah angka yang terkandung dalam miligram kalium hidroksida yang digunakan dalam seluruh proses penyabunan dalam satu gram minyak. Bilangan penyabunan digunakan untuk menghitung alkali yang diperlukan untuk penyabunan sempurna lemak atau minyak. Bilangan yodium Bilangan yodium digunakan untuk menghitung ketidakjenuhan minyak atau lemak, semakin tinggi jumlah yodium, semakin banyak asam lemak tak jenuh. Saat dicampur, jumlah yodium menjadi sangat penting, yang menentukan ketahanan sabun pada suhu tertentu. 2.3 Sifat-sifat sabun Sifat-sifat sabun adalah : a.Sabun bersifat basa. Sabun adalah garam asam lemak yang sangat basa, sehingga sebagian akan terhidrolisis oleh air. Oleh karena itu, larutan sabun dalam air bersifat basa. CH3(CH2)16COONa + H2O CH3(CH2)16COOH + NaOH b. Sabun terbuat dari kulit atau kertas. Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih, hal ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini, sabun dapat menghasilkan busa setelah garam Mg atau Ca di dalam air
Sabun Dan Detergen Nota
Hujan CH3(CH2)16COONa + CaSO4 Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2 c. Sabun memiliki sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan oleh proses kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran baik polar maupun non-polar, karena sabun memiliki gugus polar dan non-polar. Molekul sabun memiliki rantai hidrogen CH3(CH2)16 yang berperan sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak menyukai air) dan larut dalam bahan organik sedangkan COONa+ berperan sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (menyukai air) dan larut dalam air. Non-polar : CH3(CH2)16 Polar : COONa+ (larut dalam minyak, hidrofobik, (larut dalam air, hidrofilik, memisahkan pengotor non-polar) memisahkan pengotor polar). Molekul sabun terdiri dari rantai hidrokarbon panjang dengan gugus ionik yang sangat polar di salah satu ujungnya. Ujung ini bersifat hidrofilik (menarik atau larut dalam air) dan ujung rantai hidrokarbon bersifat lipofilik (menarik atau larut dalam minyak dan lemak). Kotoran seringkali menempel pada pakaian atau badan berupa minyak tipis. Jika lapisan air ini dapat dihilangkan, partikel kontaminan dikatakan telah tercuci. Pada proses pencucian, lapisan minyak yang merupakan kontaminan akan tertarik ke bagian sabun yang bersifat lipofilik, kemudian debu yang terikat pada air cucian karena bagian sabun yang lain (hidrofilik) akan larut dalam air. Sabun yang harus diketahui oleh para insinyur desain dan ahli kimia adalah sebagai berikut: 1. Viskositas Setelah merendam minyak atau lemak dengan alkali, akan dihasilkan sabun dengan viskositas lebih tinggi dari minyak atau alkali. Pada suhu di atas 75o C viskositas sabun tidak meningkat secara signifikan, tetapi di bawah 75o C viskositas meningkat dengan cepat. Viskositas sabun tergantung pada suhu sabun dan komposisi lemak atau minyak yang bercampur dengannya. 2. Panas spesifik Panas spesifik sabun adalah 0,56 Cal/g. 3. Densitas Densitas sabun murni berkisar antara 0,96 g/ml hingga 0,99 g/ml. 2.2 Reaksi Dasar Pembuatan Sabun 1. Pembuatan sabun saponifikasi didasarkan pada reaksi kimia organik yaitu saponifikasi. Lemak bereaksi dengan alkali menghasilkan sabun dan gliserin. Persamaan reaksi untuk saponifikasi adalah:
C3H3(O2CR)3 + NaOH 3RCOONa + C3H5(OH)3 Sabun Basa Lemak Gliserin Saponifikasi adalah reaksi eksternal yang menghasilkan sekitar 65 kalori per kilogram minyak saponifikasi. Dalam rumus kimia di atas, R dapat berupa rantai yang sama atau berbeda dan sering dinyatakan sebagai R1, R2, R3. Rantai R dapat diturunkan dari asam laurat, asam palmitat, asam stearat atau asam lain yang biasa dikenal dengan gliserida eter dalam minyak. Struktur gliserida tergantung pada komposisi minyak. Rasio dalam campuran minyak dengan gliserida tertentu ditentukan oleh kadar asam lemak dalam lemak atau minyak. Reaksi saponifikasi merupakan hasil pendidihan lemak dengan alkali dengan gas terbuka. 2. Hidrolisis lemak dan netralisasi dengan alkali Pembuatan sabun melalui reaksi hidrolisis lemak tidak langsung menghasilkan sabun. Minyak atau lemak terlebih dahulu diubah menjadi asam lemak melalui proses hidrolisis dengan air, kemudian asam lemak yang dihasilkan dari reaksi hidrolisis dinetralkan dengan alkali untuk menghasilkan sabun. Hidrolisis ini merupakan kelanjutan dari proses saponifikasi. Secara kimiawi, reaksi pembuatan sabun adalah: (i) C3H5(O2CR)3 + 3H2O 3RCO2H + C3H5(OH)3 Lemak/Minyak Gliserida Sabun (ii) 3RCOOH + 3NaOH 3RCOONa + 3H2O Air yang digunakan dalam proses hidrolisis dapat berupa. Air dingin, panas atau dalam bentuk uap. Pada proses hidrolisis lemak, air yang digunakan bertekanan dan bersuhu tinggi, sehingga reaksi hidrolisis dapat berlangsung dengan cepat. Jika natrium karbonat (Na2CO3) digunakan sebagai penetral asam lemak, selama reaksi saponifikasi akan menghasilkan CO2 dan meningkatkan massa sehingga bahan dalam reaksi akan meluap karena melebihi kapasitas reaksi yang digunakan. Untuk alasan ini, Na2CO3 digunakan dalam reaksi yang ditemukan di reaktor dengan kapasitas yang cukup. 2.3 Bahan baku pembuatan sabun Menurut teori, minyak atau lemak dapat digunakan untuk membuat sabun. Namun, ada banyak faktor yang perlu diperhatikan saat memilih bahan baku pembuatan sabun. Beberapa bahan yang dapat digunakan untuk membuat sabun antara lain : 1. Minyak atau lemak (lemak hewani)
Sebum merupakan lemak padat pada suhu kamar dan merupakan hasil pencampuran asam oleat (0-40%), asam palmitat (25-30%), asam stearat (15-20%). Sabun dari murbei digunakan dalam industri sutra dan industri sabun mandi. Dalam industri sabun mandi, gula sering dicampur dengan minyak kelapa dengan perbandingan 80%.
Senyawa yang bertindak sebagai inhibitor, mengapa gas mulia dalam keadaan bebas bertindak sebagai gas monoatomik, cuci tangan menggunakan sabun pada air yang