Pendiri Daulah Abbasiyah Adalah – Halo teman teman! Kali ini kita akan membahas sejarah singkat dinasti Abbasiyah. Kerajaan Abbasiyah adalah salah satu kerajaan Islam paling terkenal di dunia. Kerajaan ini didirikan oleh Abu al-Abbas as-Saffah pada tahun 750 Masehi. Dinasti Abbasiyah berhasil menggantikan dinasti Umayyah sebelumnya. Keluarga Bani Umayyah dikenal sebagai keluarga yang tidak begitu populer di desa tersebut. Hal ini menyebabkan banyak orang berharap adanya dinasti baru yang disebut Bani Abbasiyah.
Kembali ke topik utama, siapa yang mendirikan Dinasti Abbasiyah? Pendiri dinasti Abbasiyah adalah Abu al-Abbas as-Saffah. Ia lahir pada tahun 721 M dan meninggal pada tahun 754 M. Abu al-Abbas as-Saffah adalah cucu dari Al-Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi Abu al-Abbas as-Saffah memimpin pasukan Abbasiyah dalam Pertempuran Zhara pada tahun 750 M. Pertempuran ini berhasil dimenangkan oleh Bani Abbasiyah dan Bani Umayyah berhasil dikalahkan. Setelah pertempuran ini, Abu al-Abbas as-Saffah dinobatkan sebagai khalifah pertama dari dinasti Abbasiyah.
Pendiri Daulah Abbasiyah Adalah
Kekaisaran Abbasiyah mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Harun al-Rashid. Pada masa pemerintahannya, keluarga Abbasiyah menjadi pusat Islam dan mencapai kemajuan di berbagai daerah.Harun al-Rashid juga dikenal sebagai khalifah yang dermawan dan rajin. Ia juga membangun banyak bangunan yang berkaitan dengan dinasti Abbasiyah, seperti Masjid Al-Mustaqeem dan Istana Khurasan.
Sejarah Daulah Abbasiyah
Itulah sekelumit cerita tentang pendiri dinasti Abbasiyah yang bernama Abu al-Abbas as-Saffah. Dinasti Abbasiyah adalah kerajaan Islam paling terkenal di dunia. Kerajaan ini berhasil menciptakan zaman keemasan Islam pada masa pemerintahan Harun al-Rasyid. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda. Sampai jumpa lagi untuk kisah hebat lainnya! GAMBAR Gambar menunjukkan pendiri dinasti Abbasiyah ketika mereka menemukan penerusnya. Pada tahun 750, gerakan Revolusi Abbasiyah berhasil menumbangkan Dinasti Umayyah. | DOC WIKIPEDIA
Abdullah Abul Abbas bin Muhammad adalah seorang pemberontak di akhir Dinasti Umayyah. Ia melanjutkan ambisi saudaranya, Ibrahim al-Imam, untuk mengalahkan kekuatan Damaskus. Dari segi silsilah, beliau merupakan generasi keempat dari paman Nabi Muhammad SAW, Abbas bin Abdul Muthalib.
Keberhasilan Abu Muslim al-Khurasani merebut Kufah pada tahun 742 M membuka jalan baginya. Pasangannya berasal dari grup
Persia dan juga membenci Bani Umayyah. Di kota itu, Abdullah Abul Abbas juga disambut gembira oleh Abu Salamah, pria yang dikenal sebagai wazir Ahlul Bait Nabi SAW.
Sosok Abdullah As Saffah, Pendiri Dan Khalifah Pertama Bani Abbasiyah
Di luar dugaan, Abu Salamah memilih dirinya sendiri, bukan pewaris sah Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra, sebagai calon khalifah baru. Yang paling mengherankan, orang-orang Kufah menerima ajaran itu. Bahkan, saat ini mereka berpengaruh terus mendukung keturunan Ali dalam menghadapi rezim Bani Umayyah.
Setelah Abu Salamah dan seluruh masyarakat Kufah berbai’at kepadanya, Abul Abbas segera mengangkat anggota keluarganya sendiri untuk menduduki posisi penting pemerintahan.
Ketika Abu Muslim diberi jabatan gubernur Khurasan, Abu Salamah mulai kehilangan kekuasaannya. “Perwakilan” para pembela Ahlul Bait tampaknya sangat mendukung pria Abbasiyah ini, tetapi nasi telah berubah menjadi bubur.
Kabar mengejutkan dari Kufah akhirnya sampai ke telinga Marwan bin Muhammad (Marwan II). Kemudian raja Bani Umayyah menyiapkan pasukan untuk menyerang kota di wilayah Irak.
Rpp Tokoh Penting Pendiri Daulah Abbasiyah
Jawaban seperti itu sudah diprediksi sebelumnya oleh Abul Abbas. Pemimpin perlawanan Bani Umayyah dengan cepat mengatur pasukan. Abdullah bin Ali Said ditunjuk sebagai pemimpin kelompok tersebut.
Benteng Marwan II dan Abdullah saling berhadapan di lembah Sungai Zab pada Januari 750 Masehi. Dalam pertempuran ini, raja Bani Umayyah sangat percaya diri. Faktanya, medan perang tidak begitu dikenal. Belakangan, pasukannya kehilangan arah dan bingung ketika pasukan Abdullah dikalahkan. Bahkan, lebih dari 300 anggota keluarganya tewas.
Marwan II mencoba melarikan diri ke Damaskus. Namun, Abul Abbas memerintahkan kelompok itu untuk mengejarnya. Bersembunyi di Yordania, dia akhirnya ditemukan di Mesir saat mencoba menyeberangi Sungai Nil. Pada tanggal 6 Agustus 750 M, raja terakhir Kerajaan Bani Umayyah terbunuh.
Kemenangan pemberontak Abbasiyah tidak terjadi dalam semalam. Beberapa dekade sebelum Pertempuran Zab, faksi anti-Umayyah memperoleh kekuatan. Mereka juga menggunakan pembagian elit di Damaskus, terutama sejak akhir masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Sejarah Berdiri Nya Bani Abbasiyah
Krisis yang terjadi pada tahun 744 M dapat menjadi contoh kekacauan malam pada periode Bani Umayyah. Dalam setahun, hingga empat pergantian kepemimpinan. Putra mahkota ditangkap oleh orang-orang lapar. Ada juga seorang raja yang harus mengundurkan diri karena takut dibunuh oleh musuh politiknya.
Pada bulan Februari 743 M, Khalifah Hisham bin Abdul Malik wafat. Al-Walid bin Yazid melihat kematian saudaranya sebagai kesempatan untuk merebut kekuasaan. Kemudian putra Yazid bin Abdul Malik memerintahkan para pendukungnya untuk menangkap putra-putra almarhum.
Kepemimpinan al-Walid, bagaimanapun, hanya berlangsung beberapa bulan. Pada April 744 M, Yazid bin al-Walid bin Abdul Malik, sepupunya sendiri, melancarkan serangan. Putra Al-Walid, termasuk Utsman dan Hakam, dipenjarakan.
Yazid memerintah sampai kematiannya pada Oktober 744 M. Sebelum meninggal karena sakit, dia menunjuk saudaranya Ibrahim sebagai penggantinya. Namun, angka tersebut hanya untuk dua bulan kepengurusan. Sebab, Ibrahim bin al-Walid sangat khawatir atas pembunuhan adiknya oleh lawan politik yang masih menyimpan dendam.
Ppt Spi Pertemuan 7
Ketakutan terbesarnya adalah Marwan bin Muhammad. Ibrahim kemudian meminta Marwan untuk memastikan keselamatannya setelah pergi. Permintaan diterima. Kemudian dia lari dari istana. Pada Desember 744 M, Marwan bin Muhammad menjadi raja Bani Umayyah yang baru dengan gelar Marwan II. Sejarah membuktikan bahwa dia adalah penguasa terakhir Dinasti Bani Umayyah.
FOTO Menara kompleks Masjid Agung Bani Umayyah. Salah satu penyebab jatuhnya Dinasti Bani Umayyah adalah perpecahan rakyat. – (DOK WIKIPEDIA)
Ketika Marwan II meninggal, Abdullah Abul Abbas merasakan angin. Dia kemudian memerintahkan pasukannya untuk mencari semua anggota keluarga Bani Umayyah. Di Damaskus, semua keluarga keluarga terbunuh, bersama dengan 50 ribu penduduk setempat. Pembunuhan Bani Umayyah juga dilakukan di Makkah dan Madinah.
Kebencian kaum Abbasiyah pada masa kelam ini juga ditujukan kepada rakyat jelata. Di Mosul, misalnya, puluhan ribu orang dibunuh secara acak. Bahkan, banyak orang meninggal saat berdiri di dalam masjid. Anak-anak dan wanita juga diharapkan.
Ini Pendiri Dinasti Abbasiyah Dalam Sejarah Islam
Revolusi yang dipimpin oleh Abul Abbas memecah belah umat Islam. Banyak suku memberontak terutama di Afrika Utara dan Andalusia (Spanyol). Beberapa bahkan mengklaim kedaulatan dengan menciptakan khalifah saingan.
Abul Abbas memerintah selama empat tahun hingga kematiannya pada tahun 754 M karena cacar. Ia digantikan oleh saudaranya, Abu Ja’far Abdullah bin Muhammad. Saat menjabat, namanya adalah Khalifah al-Manshur.
Meskipun awalnya sulit, Kekaisaran Abbasiyah terus memerintah selama 500 tahun. Selama lima abad tersebut, setiap masa pemerintahan ini dipimpin oleh 37 pemimpin. Masa Abu Jafar dan tiga atau empat raja lainnya merupakan masa keemasan negeri ini.
Dia dikenal sebagai Khalifah al-Manshur. Tidak seperti pendahulunya, gaya kepemimpinannya seringkali cerdas meski mengintimidasi. Dalam sejarah, namanya tidak hanya dikenang sebagai pemimpin kedua Dinasti Abbasiyah, tetapi juga pendiri Baghdad. Di kota itu, terletak fondasi kejayaan kekhalifahan.
Pendiri Daulah Bani Abbasiyah Adalah
Namun tujuan utamanya sebagai khalifah bukan untuk membangun ibu kota baru, melainkan untuk memperkuat pemerintahan. Dia mengatur pemerintahan Abbasiyah dan strategi politik agar tidak terguncang dalam menghadapi revolusi.
Salah satu caranya adalah dengan menata pemerintahan dari tingkat pusat hingga provinsi. Dia menunjuk hakim, kepala polisi rahasia, posisi pajak, dll. Dari antara mereka yang setia kepada Abbasiyah.
Al-Manshur sangat menyadari bahaya musuh politiknya. Karena itu, ia merasa perlu memadamkannya terlebih dahulu, agar fokus pada impiannya, yaitu mendirikan pusat pembangunan dunia Abbasiyah. Paling tidak, ada tiga area oposisi yang harus diwaspadai.
Kelompok pertama dipimpin oleh Abdullah bin Ali Said, pemimpin Abbasiyah yang berhasil dalam Pertempuran Zab. Pamannya memiliki banyak pengikut. Mereka terus menyanjungnya bahwa dia ingin menjadi khalifah.
The Golden Age, Bagi Umat Islam Daulah Abbasiyah
Persia ini memainkan peran utama dalam membantu mendirikan Kekhalifahan Abbasiyah. Martabatnya tidak bisa diremehkan oleh orang-orang. Khalifah al-Manshur selalu khawatir karena kuatnya pengaruh Abu Muslim dalam pemerintahannya.
Kelompok ketiga tidak lain adalah kaum Syi’ah. Mereka menginginkan anak-anak Ali bin Abi Thalib menjadi penguasa. Namun, secara politis tidak sekuat dua kelompok lainnya.
Persia meminta bantuannya untuk menghadapi pasukan Abdullah bin Ali Said yang pergi menyerang Nusaybin – perbatasan antara Turki dan Suriah hari ini – pada November 754 Masehi.
Selama pertempuran, Abdullah berhasil melarikan diri, namun kemudian ditangkap. Atas perintah al-Manshur, mantan komandan Abbasiyah di Pertempuran Zab terbunuh. Setelah itu, saudara Abul Abbas ini diam-diam memerintahkan beberapa orang untuk membunuh Abu Muslim. Pada tahun 755 M, patih Khurasan terbunuh.
Lembar Kerja Peserta Didik Online Exercise For Xi
Di ujung badai politik, stabilitas negara tercapai. Bagi al-Manshur, inilah saat yang tepat untuk memberikan perhatiannya pada perkembangan budaya dan tradisi Islam. Ya, sebagai politikus, dia menunjukkan wajah penipu dan berusaha menghalalkan segala cara.
Namun, sebagai orang terpelajar, khalifah Abbasiyah kedua menikmati ilmu. Kecintaannya itu terbukti, misalnya dalam situasi di Bagdad. Kota ini menjadi pusat Islam dengan karakter khusus.
Sifat ganda al-Manshur—seorang tiran dan seorang ulama—terlihat dari perlakuannya terhadap Imam Abu Hanifah. Dia sangat terkesan dengan luas dan dalamnya pengetahuan ulama besar itu. Namun, bukannya menunjukkan rasa hormat, ia malah bertekad memenjarakan dan menganiaya pendiri Mazhab Hanafi.
Alasannya, orang bijak ini menolak begitu saja tawaran jabatan ketua pengadilan. “Jika Anda mengancam akan mengubur saya di Sungai Efrat atau mengambil posisi itu, saya ingin dimakamkan,” kata Abu Hanifah beberapa saat sebelum kematiannya, di bawah siksaan di penjara.
Bab 9 Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Abbasiyah
Khalifah Abu Ja’far Abdullah bin Muhammad al-Manshur ingin mendirikan pemerintahan pusat di Irak. Untuk itu, raja kedua Dinasti Abbasiyah harus memilih tempat yang tepat. Pilihannya jatuh di area yang luas di selatan Lembah Sab, berbatasan dengan Sungai Efrat dan Tigris.
Kawasan ini tidak hanya strategis, tetapi juga memiliki iklim yang dingin dan tanah yang subur. Di musim dingin, cuacanya sedang. Menjelang musim panas, suhu udara menjadi dingin. Reproduksi didukung oleh aliran sungai di dekatnya.
Khalifah al-Manshur pun membangun kota impiannya dengan uang itu
Daulah bani abbasiyah, pendiri daulah abbasiyah, makalah daulah abbasiyah, sejarah berdirinya daulah abbasiyah, ilmu pengetahuan pada masa daulah abbasiyah, runtuhnya daulah abbasiyah, buku sejarah daulah umayyah & abbasiyah, peta daulah abbasiyah, pendiri daulah bani abbasiyah adalah, pendiri daulah bani umayyah, daulah abbasiyah, buku daulah abbasiyah