News

Nenek Jatuh Di Sungai Munculnya Dimana

×

Nenek Jatuh Di Sungai Munculnya Dimana

Share this article

Nenek Jatuh Di Sungai Munculnya Dimana – Ini adalah kunjungan keempat saya. Matahari tidak begitu terik. Langit mendung yang terlihat dari arah timur tidak menghalangi saya untuk berkunjung ke Desa Kamal, Kecamatan Arjasa. Baginya saya mengambil keputusan, karena Arjasa bukan sekedar tempat. Banyak sekali sejarah disini yang mungkin tidak semua daerah miliki. Salah satunya adalah situs Duplang.

Duplan adalah nama kota di Desa Kamal. Jaraknya sekitar 16 km dari pusat Kota Jember. Situs ini dapat diakses dengan kendaraan pribadi melalui jalan nasional Jember-Bondowoso. Letaknya di lereng Hyang Argopuro. Tak ayal langit begitu sejuk ala pegunungan. Selain itu, situs tersebut berada di dataran tinggi yang lebih tinggi dari daerah sekitarnya.

Nenek Jatuh Di Sungai Munculnya Dimana

Di sinilah Pak Sudarman tinggal. Sebagai administrator, dia bertanggung jawab untuk memelihara, mengelola, dan merawat situs. Dari berbagai daftar tersebut, beberapa kegiatan diabadikan, termasuk karya cagar budaya.

Gubernur Jambi Buka Musyawarah Wilayah Vi Ldii Provinsi Jambi

Karakter Pak Sudarman begitu hangat. Ia tidak pelit menjelaskan perjalanannya menjadi juru kunci. Umurnya sudah tidak muda lagi, tapi tubuhnya masih kuat. Ingatannya tak lekang oleh waktu. Meski bibirku terkatup saat pertama kali datang berkunjung, Pak Sudarman menyapaku dalam bahasa Indonesia. Tidak masalah, kebanyakan orang tua yang saya temui di desa kebanyakan berbicara bahasa Madura atau Jawa. Selain itu, Jember memiliki perpaduan kedua budaya tersebut.

Mungkin karena wajah saya yang terkejut akhirnya Pak Sudarman bercerita bahwa beliau lahir pada tahun 1938 dan bersekolah di sekolah umum di Kandy Jati.

“Pada masa itu, jarang ada pakaian. Biasanya kami menebang pohon bonat. Kalau butuh satu meter, kita ukur batang pohonnya, lalu kita ketuk. Begitu berulang-ulang sampai kulit kayunya bisa lepas. Nah, kulit kayu itulah yang kita bentuk menjadi pakaian.

Saya tertawa ketika melihat Pak Sudarman tertawa mengingat masa lalunya. Namun, ekspresinya langsung berubah serius ketika saya menanyakan asal-usulnya menjadi juru kunci.

Baca Juga  Jika Gaya Gesek Diperkecil Maka Benda Akan Mudah

Pergi Dari Sini’ Istri Diusir Suami Karena Enggan Kerja Atau Jadi Irt, Tetangga Geram Tahu Sifatnya

Kerutan tuanya seakan berbicara. Alisnya menerawang jauh ke deretan pohon jati. Bibirnya bergetar saat mengingat masa lalu, di mana gurunya, bernama Pak Karman, menceritakan bahwa pada zaman dahulu, manusia purba tidak bisa membaca dan menulis dan semua perkakas terbuat dari batu. Bukan besi. Sudarman kecil langsung teringat akan kebunnya yang penuh dengan batu-batu tua.

Sepulang sekolah, dia bergegas menemui ayahnya yang saat itu sudah tua. Seperti yang dikatakan, usianya mencapai 180 tahun. Sudarman kecil kemudian bertanya kepada ayahnya: Apa yang digunakan nenek moyang untuk membuat batu Kenang di kebun mereka? Apakah itu dipotong dari batu atau dengan kapak batu?

Sebenarnya lembut. Tidak keras.” Sudarman kecil yang tidak disunat menahan diri, dia mengulangi pertanyaan yang sama dengan yang digunakan nenek moyangnya untuk membuat batu kenong di kebunnya. Kemudian sang ayah meminta anaknya untuk mengambil batu yang ada di taman, dan Sudarman kecil segera mengambil batu tersebut.

Tanpa berkata apa-apa, sang ayah memegang batu itu erat-erat. Segera batu itu meleleh menjadi abu. Sudarman kecil tersedak. Pikirannya terhanyut dalam keheranan, bagaimana mungkin sekeras batu bisa berubah menjadi abu dengan menggendong ayahnya? Tapi dia masih mengulangi pertanyaan yang sama. Apa yang digunakan nenek moyang untuk membuat batu kenong di kebun mereka?

Urban Legend Pantai Trisik 1990

Sang ayah melihat anaknya tidak puas, akhirnya meminta Sudarman kecil untuk mengambil batu yang lebih besar di hutan jati. Sudarman yang begitu bersemangat segera menjelajahi hutan lalu membawa sebuah batu yang sangat besar. Setelah tiba dan berdiri di depan ayahnya yang tidak bisa berjalan, dia memperhatikan apa yang dilakukan orang tuanya. Saat dia tergagap, ketika ayahnya menyentuh batu itu dan menarik tutupnya, itu berbentuk batu di taman, hanya dengan tangannya dan tanpa alat.

Acara ini benar-benar menakjubkan. Sudarman tiba-tiba mengungkapkan keinginan ayahnya untuk mewarisi ilmu ini. Sang ayah ikut salah satunya, karena Sudarman melanjutkan kuliah di sekolah teknik. Sayangnya, ketika Sudarman berada di tingkat lanjutan ini, ayahnya dipanggil Tuhan tanpa mewariskan ilmunya.

Baca Juga  Nama Dataran Tinggi Yang Terdapat Di Provinsi Sulawesi Selatan Adalah

Aku melihat secercah penyesalan di mata tuanya. Namun, ia tak menyerah merawat batu-batu tua yang berserakan di kebunnya. Selain itu, di sekolah umum, ia menjadi siswa paling cerdas yang pandai membuat kartu. Kecintaannya pada sejarah tampaknya semakin diperkuat oleh waktu. Terbukti sejak tahun 1985, ia memelihara situs tersebut.

Karena letaknya di Dusun Duplang, maka peninggalan leluhur ini lebih dikenal dengan nama situs Duplang. Terdiri dari batu menhir, kenong dan dolmen tunggal dan ganda. Padahal, selain tanah ini, banyak terdapat batu-batu purbakala yang tersebar di kawasan Arjasa. Pak Sudarman juga menaruhnya di peta.

Kinclong: Napak Tilas Rumah Bersih Antar Masa Dan Masyarakat By Architecture Universitas Indonesia

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pada kunjungan keempat saya, Pak Sudarman mengajak saya menjelajahi bebatuan di peta. Sebagai pemburu harta karun, kami melewati sungai setempat, jalan dengan tikungan tajam, dan sering kali kami jatuh dari atas. Misalnya, batu kardinal yang menunjukkan empat arah terdapat di rumah Ibu Ica di Dusun Crajan. Belum lagi papan tulis, kursi batu dan dolmen serta menshir yang terletak tak jauh dari tepian Sungai Gumblung. Beberapa yang ada di peta Pak Sudarman ditunjukkan dengan jalur yang melengkung.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trovlan, batu-batu megalitik dipercaya muncul pada abad ke-10 Masehi, silih berganti dengan kemunculan Candi Borobudur pada abad ke-9. Namun, tidak sedikit yang mengatakan bahwa batu tersebut sudah ada pada abad ke-4.

“Kecuali Kendall dan Trowlan, kawasan yang saya tinggali merupakan kawasan kuno,” kata Pak Sudarman. “Bahkan candi di dekat pohon mangga seharusnya ada stupa seperti stupa Borobudur. Jika itu benar, mungkin ada candi di bawah rumah saya.”

Baca Juga  Apa Yang Dimaksud Dengan Letak Geologis

Ketika saya mengetahui bahwa Pak Sudarman rajin menafsirkan batu-batu tua, saya teringat akan penjaga gunung dan makam itu. Namun, Pak Sudarman dengan cepat membantahnya. Seseorang tidak ingin menyamakannya dengan penjaga, seperti penjaga makam orang-orang kudus.

Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia 11b By Rusmana Rusmana

“Sesuai amanat dinas, saya Jupel. Pramutamu. Adapun pramutamu, dia ahli tirakat. Ahli sholat. Saya tidak pandai dalam hal ini. Saya hanya ingin mengurus batu”.

Saya langsung tersenyum. Ah, mungkin saya terlalu terburu-buru menyimpulkan keadaan, jika nanti Pak Sudarman meninggal, tidak akan ada yang menggantikannya.

“Tapi, Nak,” lanjutnya. “Anak saya tidak akan sama dengan saya. Cara dia menjelaskan apa itu batu Kenang tunggal dan batu Kenang ganda, apa dan bagaimana batu itu, dan cerita apa yang disimpan di masa lalu, tidak semuanya sama. Yang saya tahu . Memang benar dia adalah anakku, tetapi kami memiliki kepala yang berbeda dan usia yang berbeda.”

Aku mengangguk setuju saat gerimis pertama turun di lereng Hyang Argopuro. Pak Sudarman benar. Ia tidak bisa digantikan, meski sudah menyiapkan penggantinya. Persis sama dengan mendiang ayahnya yang sejak dulu menjaga batu-batu purbakala, namun ilmu dan tirakatnya tidak bisa tergantikan. Hanya ada angka baru, mungkin dengan angka tersebut situs Duplan akan tetap aman dan jauh dari maling, seperti yang pernah terjadi di awal tahun 2000-an.

Sungai, Kampung, Dan Kota By Kampungnesia

Nurila Ahmad. Menempuh pendidikan di TMI Putri Al-Amien Prenduan Sumenep dan juga merupakan alumnus Fakultas Hukum Universitas Jember. Penulis baru Ubud Writers and Readers Festival 2019. Penulis novel Lahbako (Elex Media Komputindo, 2021) dan Kumser cara bodoh menertawakan Tuhan (Buku Inti, 2020).

Ka bengawan jatuh ke sungai, sungai kapuas dimana, sungai nil terletak dimana, mimpi jatuh ke sungai, nenek jatuh cinta, mimpi jatuh dalam sungai, si nenek jatuh cinta, dimana letak sungai nil, arti mimpi jatuh ke sungai