News

Naon Ubar Kacugak Teh

×

Naon Ubar Kacugak Teh

Share this article

Naon Ubar Kacugak Teh – Seri ILDEP. Diedit oleh W.A.L. Tata bahasa Inggris Stockhoff. oleh. D.K. Ordivinata. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Download “ILDEP SERI. Diedit oleh W.A.L. Stokhof ENGLISH GRAMMAT. Oleh D.K. Ardiwinata. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia”

Naon Ubar Kacugak Teh

5 Tidak Dijual Proyek Bahan Pustaka Lokal yang Dibeli Konten Etnis Perpustakaan Nasional Nusantara, Seri ILDEP 2011 diedit oleh W.A.L. Tata bahasa DK Stockhoff dalam bahasa Inggris. Dewan Perpustakaan Ordinat Republik Indiana

Pdf) Mitra Sunda Wa

7 SERI ILDEP Diterbitkan sebagai bagian dari Proyek Pengembangan Linguistik Indonesia, sebuah proyek gabungan Pusat Pengajaran dan Pengembangan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan Departemen Bahasa dan Kebudayaan Asia Tenggara dan Oseania, Universitas Negeri Leiden, Belanda. V

8 Judul asli: Elmoening Basa Soenda untuk Pengajaran Sekolah 2, Jilid I Penulis: D.K. Ardiwinata Penerjemah: Ayatrohaedi Penerbit asli: Weltevreden Indonesische Drukkerij, 1916, c. ILDEP Seri 2 Editor: W.A.L. Stockhof Asisten editor: A.E. Almanar, S. Moeimam, M. Hardjosudiro Pembimbing Redaksi: Amran Halim, Anton M. Moeliono, A. Teeuw, H. Steinhauer vi

9 Kata Pengantar Dalam rangka memajukan fungsi bahasa daerah sebagai unsur kebahasaan pelengkap bahasa Indonesia, dalam hal ini D.K. Ardivinata berjudul Bahasa Sunda Elmoening diterjemahkan dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia dengan judul Tata Bahasa Sunda oleh Ayatrohaldi. Mengingat sejarah perkembangannya, kajian bahasa Sunda sebenarnya dimulai dengan Bayai Pustaka pada tahun 1908, dan baru pada tahun 1912 banyak buku dan artikel diterbitkan, termasuk dalam terjemahan bahasa Belanda dan Melayu. dan bahasa Jawa. Pasca Perang Dunia Kedua, kajian bahasa Sunda mulai berkembang dalam bidang linguistik, khususnya dengan terbitnya Kamus Sunda (1950). Memang benar ada beberapa buku Tata Bahasa Sunda yang ditulis oleh para ahli bahasa, baik Belanda maupun Indonesia, yang pernah diterbitkan, namun Anda bisa mengandalkan karya Ardivinat ketika menerbitkan Tata Bahasa Daerah, karena karya ini benar-benar dibaca. Peminat yang sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang tata bahasa Sudan, dan yang dibahas hanya sebagian besar saja yang diharapkan dapat dipahami oleh pemula. Kami berharap kehadirannya dapat bermanfaat bagi pelajar, pelajar dan pecinta bahasa yang ingin menambah pengetahuan bahasa Sudan. Buku ini diterbitkan sebagai buku kelima belas dalam ILDEP Seni yang bekerja sama dengan Pusat Pengajaran dan Pengembangan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Departemen Bahasa dan Kebudayaan Asia Tenggara dan Oseania, Leiden. Universitas dan P.N. Bayai Pustaka. vii

Baca Juga  Cara Memainkan Tari Seudati Terdapat Pada Nomor

11 Pendahuluan Penerjemah Penelitian ilmiah terhadap bahasa Sudan diyakini dimulai dengan Kamus Bahasa Sudan Bahasa Jawa karya Jonathan Rigg (1862). Karya tersebut kemudian dilanjutkan dengan kajian terhadap orang-orang sezaman lainnya, khususnya orang-orang sezaman Belanda, dan diterbitkan baik sebagai buku lengkap maupun sebagai makalah penelitian di berbagai jurnal ilmiah sejak pertengahan abad kesembilan belas. Misalnya nama Friederich, Hole, Osting, Meyer, Kulsma dan Pleite merupakan nama-nama yang tidak bisa dilupakan oleh para peneliti dan peminat bahasa dan budaya Sunda. Hingga saat ini, para peneliti dalam negeri sendiri belum pernah mencatat namanya hingga akhir abad ke-19. Keadaan yang sangat lumrah dalam bidang kebudayaan Indonesia ini juga cukup mengejutkan. Sebab ratusan tahun yang lalu, sebagaimana disebutkan dalam teks Sangyang Siksa Kanda ng Karesyan (1518), ada seorang ahli bahasa Sunda bernama Jurubasa Dharmaurkaya? Menurut teks tersebut, penerjemahnya adalah mereka yang mengetahui keadaan berbagai bahasa yang dikenal pada saat itu di wilayah kerajaan Zonda. Belakangan pernyataan tersebut semakin dapat dipercaya karena naskah Pustaka Rajya-rajya i Bhumi Nusantara jilid terakhir (sarga 5, parwa 5) bertanggal 1691 juga menyebutkan berbagai bahasa yang dikenal di wilayah Budha dan Sunda. . Tidak dapat dipungkiri dengan karyanya Elmoening Basa Sunda D.K. Ardivinato merupakan pelopor di kalangan sarjana pribumi, khususnya di bidang studi tata bahasa. Antara lain tertulis: “Belum ada kitab seperti itu dalam bahasa Sunda…” (“Belum ada kitab seperti itu dalam bahasa Sunda…”). Baru pada saat itulah para peminat dan peneliti pribumi mengikuti jejak Ardivinata, meski tidak dalam jumlah besar. Nama-nama R.I. Adiwijaya, R. Sakadibrata, R.I. Misalnya Buldan Jayaviguna, R. Mamon Virakusumah, kemudian Vahyu Vibisana, Yus Rusyana dan Abud Pravirasumantri adalah orang-orang yang meluangkan waktu dan mencurahkan sebagian waktunya untuk mempelajari bahasa ibu. Jadi ada beberapa alasan mengapa saya ix

Obat Cantengan Alami Yang Bisa Didapat Di Rumah

12 menerjemahkan karya pertama Sundel tentang tata bahasa bahasa ibu. Pertama, Sambi masih menyadari segala kekurangannya, karya tersebut merupakan karya terobosan dalam bidang tata bahasa Sunda. Karyanya mengandung banyak kekurangan, yang diakui oleh Ardivinato sendiri ketika ia mengatakan: “Tetapi karena pemahaman saya tentang sains hanya kerangka kolom, maka tentu saja tidak sempurna. tidak pandori.” (“Tetapi karena pengetahuan saya di bidang sains sederhana, tentu (karya ini) jauh dari sempurna. Ini sesuatu yang wajar, menurut saya lanjutan”). Kedua, karya ini menunjukkan bahwa Ardivinato tidak sepenuhnya “mengikuti” pandangan para mentornya, yaitu para peneliti dan ilmuwan Belanda. Meski diakuinya karyanya sebagian besar adalah “…saestuna io karangan teh bonang nulad bae” (“…sebenarnya karangan ini hanya tiruan”), dalam beberapa hal Ardivinato mengutarakan pendapatnya sendiri. Pandangan Kulsma yang mengatakan, misalnya, bahasa Sundur tidak memiliki kata sifat tidak dapat diterima, oleh karena itu pembahasan kata sifat dimasukkan dalam artikel ini. Ketiga, pendahuluan menunjukkan bahwa Ardivinata mempunyai cita-cita yang tinggi dalam segala hal yang berkaitan dengan tata bahasa Sunda. “Karena maksud saya menjaga Harof, yang mana orang Sunda belum mengetahui tata bahasa, maka dalam setiap bahasa kita ada kata-kata yang dibakukan dalam ilmu ini” (“Karena yang saya maksudkan di kemudian hari, ketika orang Sunda sudah mempunyai ilmu tentang tata bahasa kita ( Sunda) harus menggunakan kata baku dalam bidang ilmu pengetahuan”). Harapan, cita-cita atau amanah tersebut seakan-akan belakangan ini dilupakan oleh para penerusnya. Kunyah sambil melakukan reduplikasi istilah, imbuhan dan sengalisasi seperti reduplikasi, pemajemukan, dan pembacaan! Kasus Ardivinata rupanya belum selesai. Jilid berikutnya, baik dengan janji “Manke kapayun aran nyion doi an lalambalalenna, selak-selukna” (“Nanti kita akan berbuat lebih banyak tentang mengengnia kecil, kesulitan”), dan deskripsi jilidnya. Saya tidak pernah muncul dengan nama itu. Oleh karena itu, ciri-ciri kalimat kompleks

Baca Juga  Jika Akan Mengukur Luas Suatu Bangun Maka

13 Seperti yang dijanjikan (Volume I hanya membahas kalimat tunggal/sederhana), kami juga tidak bisa mengikuti. Sayang! Beberapa kendala teknis muncul dalam penerjemahan ini, terutama terkait persoalan tata cara sensus. Agar lebih mudah diikuti, uraiannya ditulis menurut konsep-konsep konvensional yang digunakan di kalangan akademisi. Kendala lain muncul dari tujuan buku itu sendiri. Ardivinato sengaja menulis bukunya sebagai buku pelajaran di sekolah yang hampir seluruh siswanya adalah anak tunarungu. Oleh karena itu, buku ini ditujukan untuk lebih memahami seluk-beluk bahasa ibu. Untuk itu, sangat tepat jika buku tersebut mempunyai bagian-bagian yang lebih diperuntukkan bagi siswa “rumahan”. Tentu saja, dalam penerjemahan yang melibatkan keakraban dengan karya masyarakat umum, tidak mungkin memasukkan bagian-bagian “pekerjaan rumah”. Oleh karena itu, bagian ini sengaja dihilangkan, sehingga mengakibatkan terjemahan ini tidak mencakup keseluruhan isi buku. Selain itu, terjemahan ini sengaja “menyimpang” dari sumber aslinya di beberapa bagian. Istilah-istilah tata bahasa Sunda yang muncul belakangan, seperti dwipurwa, dwilingga, dan dwireka misalnya, digunakan untuk menggantikan gambaran Ardivinata yang pada saat itu tidak dapat menemukan “kata-kata yang mengatur penggunaan ilmu ini”. Penggunaan istilah-istilah tersebut sengaja didasari oleh keinginan untuk melestarikan atau mewujudkan harapan, cita-cita atau amanah Ardivinata yang belum terwujud. Nah, dengan harapan dapat memberikan lebih banyak pengetahuan tentang apa saja yang dilakukan orang Sunda terhadap bahasa aslinya, saya titipkan terjemahan ini untuk Anda. Jakarta, September 1983. Ayatrohaedi XI

15 Kata Pengantar Buku ini membahas tentang tata bahasa Sudan, yang dalam bahasa Belanda disebut spraakkunst atau grammatica. Kitab seperti itu belum ada dalam bahasa Sunda; Belum lagi bukunya, ilmunya belum banyak diketahui orang kecuali guru atau pegawai yang sudah tamat SMA. Oleh karena itu, tentu saja buku ini bisa disebut sebagai “buku aneh”. Secara umum masyarakat Sunda berpendapat bahwa bahasa Sunda tidak mempunyai tata bahasa, tidak ada permasalahan yang perlu dikaji secara mendalam; Betapa sulitnya berbicara, kecuali anak kecil. Tidak banyak orang yang berkata dengan nada heran, “Mengapa Sekolah Raja dan Sekolah Raja memiliki guru yang berbahasa Sudan, padahal siswanya adalah orang Sunda yang sudah fasih berbahasa Sudan. Mengapa mereka perlu diajari lagi?” Siapapun yang membaca buku ini tentu tidak akan mempunyai anggapan seperti itu dan dapat memahami bahwa bahasa Sunda mempunyai kaidah, patokan, asal usul, dan lain-lain yang harus dipelajari, harus dipahami. Tidak semua orang mengetahui hal itu. Inilah yang disebut ilmu atau misteri bahasa. Setiap bahasa, sekalipun pemiliknya bukan negara maju, pasti mempunyai rahasia, mempunyai tata bahasa, hanya saja pemiliknya tidak mengetahui dan tidak memikirkannya. Peneliti bahasa Sudan juga orang Belanda dan mereka kemudian mengajari kami. Dengan demikian, tata bahasa Sudan sudah ada

Baca Juga  1 Bata Berapa Meter