News

Jelaskan Kisah Keteladanan Sunan Gunung Jati

×

Jelaskan Kisah Keteladanan Sunan Gunung Jati

Share this article

Jelaskan Kisah Keteladanan Sunan Gunung Jati – Teladan secara harafiah berarti “sesuatu yang patut ditiru”, padahal yang ditiru itu haruslah perilaku yang baik, bukan perilaku yang buruk. Sebagai seorang manusia, raja dan penyebar agama Islam, tentu ada beberapa contoh yang diterima Sunan Gunung Jati.

Keteladanan Sunan Gunung Jati yang patut ditiru meliputi tiga aspek keteladanan, yaitu keteladanan ketika menjadi laki-laki di keluarganya, keteladanan yang baik ketika menjadi raja, dan keteladanan yang baik ketika menjadi penyebar agama. Islam.

Jelaskan Kisah Keteladanan Sunan Gunung Jati

Keteladanan yang patut ditiru Sunan Gunung Jati adalah ketika menjadi laki-laki bagi keluarga dengan pemikiran dan perilaku yang sangat menghormati orang tua. Sunan Gunung Jati sejak kecil dikenal penurut dan sangat disayangi oleh ibunya. Sunan Gunung Jati memang mampu menjadi raja di Mesir, karena ayahnya adalah seorang amir di Mesir, namun ia rela meninggalkan tahta karena diperintahkan ibunya untuk mendakwahkan Islam ke tanah ibunya (Pasundan). Seandainya Sunan Gunung Jati bukan orang yang taat, tentu ia tidak akan menuruti kemauan ibunya.

Keteladanan Sunan Bonang

Contoh lainnya adalah sikap keras Sunan Gunung Jati terhadap anaknya, ia tidak melindungi anaknya yang durhaka, ia tidak segan-segan memuji anaknya yang shaleh. Dahulu Sunan Gunung Jati pernah menegur putranya yang bernama “Pangeran Jaya Kelana” bila melakukan kesalahan, padahal sang pangeran dicopot dari jabatan pangerannya karena melanggar hukum agama.

Mengenai keteladanan Sunan Gunung Jati ketika menjadi raja, beliau tidak suka kaya, senang hidup sederhana, hal ini terlihat dari wasiatnya sebelum meninggal yang berbunyi “Ingusun Titip Tajug Lan Fakir Miskin” artinya “Saya serahkanlah Mushala dan fakir miskin kepada ahli waris tempatku” untuk terus peduli dan berkembang.

Contoh Sunan Gunung Jati ketika menjadi raja adalah kepiawaiannya dalam memerintah, memerintah dengan asal-asalan, kebijakan dilakukan berdasarkan diskusi dengan bawahannya yang dilakukan setiap malam jumat kliwon pada bulan-bulan tersebut, sehingga tidak mengherankan jika Kerajaan . Cirebon pada masa Sunan Gunung Jati berada pada puncak kejayaannya, daerahnya tidak pernah memberontak, itu karena beliau memerintah dengan adil.

Teladan Sunan Gunung Jati yang terakhir berdasarkan keteladanannya ketika menjadi penyebar agama Islam. Mereka menyebarkan Islam melalui cara-cara yang lembut, seperti membantu orang miskin, mengobati orang sakit, menyebarkan informasi agama dan budaya, dll.

Biografi Syekh Ibrahim Asmoroqondi

Selain itu, ketika menyebarkan Islam di Cirebon dan Pasundan, Sunan Gunung Jati juga melakukannya dengan manajemen yang baik, ia mengatur waktu dakwah bahkan orang-orang yang bersedia membantunya menyebarkan ajaran agama.

Baca Juga  Sebutkan Contoh Pemakaian Kembali Barang Bekas Tanpa Harus Memproses Dahulu

Bukti keberhasilan Gunung Jati menyebarkan agama Islam masih bisa dirasakan oleh masyarakat Cirebon dan masyarakat Jawa Barat. Karena sebagian besar penyebar agama Islam di Jawa Barat yang berhasil membuat masyarakatnya masuk Islam adalah saudara, anak, cucu dan murid Sunan Gunung Jati yang sebelumnya dipilih oleh Sunan Gunung Jati untuk menyebarkan agama Islam.

Itulah beberapa contoh Sunan Gunung Jati yang patut kita tiru, ikutilah beliau dengan harapan dapat menjadi orang yang berguna bagi diri sendiri, keluarga, negara dan agama kelak Biografi Sunan Kalijaga – Siapa Grameds yang mengenal Sunan Kalijaga? Atau pernahkah Anda mendengar namanya tetapi tidak mengenalnya? Kalau iya, baguslah, karena penjelasan berikut ini akan membuat Gramed mengenal salah satu Walisong tersebut. Sunan Kalijaga merupakan salah satu tokoh terkemuka dalam kelompok Walisongo yang berjasa besar dalam penyebaran agama Islam khususnya di Pulau Jawa.

Ya, kehadiran dan penyebaran Islam di kepulauan ini bukan terjadi secara kebetulan, namun dilakukan oleh segelintir orang yang tidak melakukannya secara kebetulan. Salah satunya adalah Sunan Kalijaga yang masih dihormati umat Islam hingga saat ini. Faktanya, tidak ada peziarah di kuburannya. Lantas seperti apa kehidupan Sunan Kalijaga? Apakah Sunan Kalijaga masih menghadapi banyak permasalahan? Bagaimana karya-karyanya bisa dilestarikan hingga saat ini? Nah, agar bisa memahami siapa itu Gramed dan mengetahui apa saja jasa-jasanya, yuk simak ulasannya berikut ini!

Mengenal Wali Songo, Tokoh Penyebaran Agama Islam Di Nusantara

Sunan Kalijaga lahir sekitar tahun 1400 di keluarga bangsawan Tuban, yaitu dari pasangan Bupati Tuban bernama Tumenggung Wilatikta dan istrinya Dewi Nawangrum. Saat itu namanya Raden Sahid (disebut Raden Said di beberapa kitab). Sebagai keturunan bangsawan, ia mempunyai beberapa gelar yaitu Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, Ki Dalang Sida Brangti dan Raden Abdurrahman.

Mengenai asal usulnya, tampaknya ada dua pendapat yang berbeda. Teori pertama, Sunan Kalijaga berkebangsaan Arab dan Jawa. Sedangkan teori lain dari Babad Tanah Jawa menyebutkan bahwa Sunan Kalijaga adalah orang Arab. Kalaupun kita telusuri silsilahnya dari kakeknya, Sunan Kalijaga masih memiliki garis keturunan Abbad bin Abdul Muttalib, paman Nabi Rasulullah SAW.

Sunan Kalijaga diajarkan agama Islam oleh guru agamanya sejak kecil. Tujuannya agar nilai-nilai Islam dari Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW menjadi pedoman hidup beragama yang baik. Selain itu, sejak kecil ia diajarkan untuk memiliki jiwa kepemimpinan, terutama dalam menyelesaikan masalah. Terbukti ia selalu menjadi pemimpin atau inisiator ketika bermain bersama teman-temannya. Namun ia tidak merasa sombong dan tetap rendah hati sehingga membuat teman-temannya menyukainya.

Baca Juga  Prinsip Kerajinan Bahan Keras

Ada dua tipe pemuda Sunan Kalijaga di beberapa tempat. Versi pertama menyebutkan bahwa Sunan Kalijaga yang saat itu dipanggil Raden Said ibarat pencuri. Namun, perampokan dan pencurian ini dilakukannya bukan untuk bersenang-senang, melainkan untuk orang biasa. Saat itu, Raden Said yang sejak kecil menimba ilmu agama, merasa khawatir dengan budaya masyarakat Tuban yang selalu penuh kemiskinan dan menjadikan hidupnya memberontak. Raden Said menyampaikan kekhawatirannya kepada ayahnya, namun ayahnya hanyalah seorang raja kecil di kerajaan Majapahit tengah.

Keteladanan Dari Sunan Gunung Jati

Kemudian rasa solidaritas dan kasih sayang Raden Said terhadap masyarakat Tuban memaksanya melakukan tindakan nekat seperti mencuri makanan dari gudang Provinsi. Setelah terjadi pencurian, diam-diam Raden Said membagikannya kepada masyarakat Tuban. Namun hal itu diketahui oleh para pengawal Kadipaten yang dihukum diusir dari Tuban.

Setelah diusir, Raden Said berkelana tanpa tujuan, namun pekerjaannya tetap sama, yaitu mencuri dan mencuri untuk kepentingan rakyat kecil. Ia kemudian menetap di hutan Jatiwangi, menjadi penjahat yang merampok orang-orang kaya yang melewati hutan. Sedangkan versi lain menunjukkan bahwa Raden Said adalah orang jahat sejak kecil dan tumbuh menjadi orang yang sedih. Ia juga disebut-sebut telah membunuh orang dan mendapat nama Brandal Lokajaya.

Singkat kata, kejahatan Raden Said berakhir ketika ia bertemu Sunan Bonang dan bertaubat. Menurut Serat Lokajaya, saat itu Raden Said sedang bersembunyi di hutan mencari binatang yang mungkin lewat. Ngomong-ngomong, saat itu ada seorang lelaki tua yang mengenakan pakaian berwarna cerah, yang tak lain adalah Sunan Bonang. Raden Said kemudian mendekat dan mengambil harta Sunan Bonang, namun Sunan sudah mengetahui niatnya dan mengeluarkan kekuatan spiritualnya dengan menjelma menjadi empat wujud. Melihat hal itu, Raden Said ketakutan dan lari. Namun kemanapun ia pergi, Sunan Bonang selalu berhasil menghentikannya. Hingga terpojok, Raden Said panik dan bertaubat kepada Yang Maha Kuasa.

Setelah kejadian itu, Raden Said dijadikan murid Sunang Bonang, sedangkan Raden Said harus menunggu Sunang Bonang di tepi sungai sambil mengawasi stafnya. Penantiannya Raden Said di tepi sungai membuatnya dikenal dengan sebutan Kalijaga yang artinya penjaga sungai (sungai).

Baca Juga  Dd Mm Yyyy Artinya

Buku Siswa Pai Kelas X Pages 251 300

Konon masa hidup Sunan Kalijaga lebih dari 100 tahun, terutama pada pertengahan abad ke 15 hingga akhir abad ke 15. Demikianlah ia hidup hingga berakhirnya Kerajaan Majapahit, yaitu pada tahun 1478 hingga. menjadi nyata. beliau ikut serta dalam pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Sunan Kalijaga meninggal sekitar tahun 1680 dalam usia 131 tahun. Ia dimakamkan di desa Kadilang yang berada di Demak.

Dalam beberapa kitab sejarah, Sunan Kalijaga juga mempunyai banyak guru, khususnya dalam rangka menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Nah, beberapa guru tersebut adalah:

Sebelumnya Grameds mengetahui bahwa Sunan Bonang adalah guru yang memberikan nama Sunan Kalijaga kepada Raden Said. Ya, Sunan Bonang berperan sebagai guru yang mampu menjadikan Sunan Kalijaga yang jahat menjadi panutan hingga saat ini. Saat itu, berkat dakwah Sunang Bonang yang mampu menunjukkan kesaktiannya dengan mengubah buah lontar menjadi emas, Raden Said bertobat dan berusaha menjadi orang baik. Bahkan, itulah sebabnya Raden Said yang berganti nama menjadi Sunan Kalijaga menjadi anggota Wali Songo.

Melihat hikmah ilmu Sunan Bonang, Raden Said ingin berguru kepadanya. Sunan Bonang bersedia menerima Raden Said sebagai muridnya, dengan syarat ia harus bermeditasi di sungai tersebut hingga Sunan Bonang bertemu dengannya kembali. Setelah menunggu di tepi sungai, Sunan Bonang bertemu kembali dengan Raden Said dan membawanya ke Ngampel Gading untuk menerima pelajaran agama.

Strategi Dakwah Yang Patut Di Teladani Dari Kisah Walisongo

Syekh Siti Janar merupakan guru yang mengajari Sunan Kalijag ilmu ilafi. Beliau juga merupakan orang pertama di Pondong Giri Amparan Jati.

Syekh Sutabaris adalah seorang ustadz yang tinggal di Pulau Upih yang terletak di kota Malaka dan pada saat itu juga merupakan pusat perdagangan. Di pulau ini Sunan Kalijaga diperintah olehnya untuk kembali ke Pulau Jawa dan membangun masjid serta menjadi penggenapan Kidung Wali. Ketika Sunan Kalijaga kembali ke Jawa, ia menetap di sana

Cerita sunan gunung jati, sunan gunung jati, ziarah sunan gunung jati, pusaka sunan gunung jati, kisah keteladanan sunan kalijaga, makam sunan gunung jati, sunan gunung jati cirebon, uin sunan gunung jati, tasbih sunan gunung jati, batu sunan gunung jati, kisah sunan gunung jati, ajian sunan gunung jati